Sabtu, 14 April 2012

kimia


SISTEM DISPERSI KOLOID

Tujuan
Untuk mengamati dan membedakan koloid dari tampilan fisik serta beberapa sifatnya secara umum.
Tinjauan Teoritis
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi ( larutan kasar ). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair maupun gas, dapat dapat dibuat dalam keadaan koloid. Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu kimia berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan hidup berdifat koloidal.  
Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang dikatakan sebagai tanah yang bias dicangkul terdiri dari bagian-bagian yang bersifat koloid,  oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia kolois pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat, keramik, plastic, tekstil, kertas, dan film foto, lem, tinta, semen, karet, kulit, bumbu selada, mentega, kkeju dan makanan lain, pelumas, sabun, obat semprot pertanian dan insektisida, detergen, gel dan selai, perekat dan sejumlah besar produk lainnya.proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak, mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan galian, melibatkan adsorpsi pada permukaan materi koloid dan karena itu  berkepentingan dengan kimia koloid. Oleh karena itu sangat penting dilakukannya praktikum mengenai sistem koloid ini mengingat begitu banyak kegunaannya serta begitu erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Thomas Graham banyak mempelajari tentang kecepatan difusi (gerak) partikel materi sehingga ia dapat merumuskan hukum tentang difusi. Dengan pengamatannya, ternyata gerakan partikel zat dalam larutan ada yang cepat dan lambat. Umumnya yang berdifusi cepat adalah zat yang berupa kristal sehingga disebut kristaloid, contohnya NaCl dalam air. Tetapi istilah ini tidak popular, karena ada zat yang bukan kristal berdifusi lebih cepat contohnya NaCl dalam H2SO4 yang lambat berdifusi disebabkan oleh partikelnya mempunyai daya tarik (perekat) satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat padat, zat cair, atau zat gas. Zat-zat ini dalam ilmu dinamakan koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut, bahkan udara berdebu termasuk system koloid.
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu ( terputus-putus ), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. ( Keenan, 1984 ). Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse ( sebaran ) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi.

Alat Dan Bahan
Alat:
§  Lampu senter
§  Gelas kimia
§  Spatula
§  Pengaduk
§  Kertas saring (tisu)
Bahan:
·         Gula pasir
·         Susu instan
·         Pasir

Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan tiga gelas kimia dan isilah dengan air 200 ml.
2.      Melarutkan satu spatula gula pasir ke dalam gelas kimia-1, satu spatula susu instan ke dalam gelas kimia-2, dan satu spatula pasir ke dalam gelas kimia-3.
3.      Menyorot masing-masing gelas kimia dengan senter.
4.      Mengamati jalanya sinar pada masing-masing larutan.
5.      Mencatat hasil pengamatan sebelum larutan disaring.
6.      Menyaring masing-masing larutan dengan kertas saring, dan menampung hasil penyaringan.
7.      Mengamati adakah residu yang tertinggal di kertas saring dan filtrate hasil penyaringan.

Hasil Pengamatan

Sistem Dispersi
Sebelum Disaring              ( kekeruhan, kestabilan)
Sesudah Disaring (kekeruhan dan jalannya sinar)
Penyaringan (ada tidaknya residu, kondisi filtrat)
Kestabilan (mudah mengendap atau tidak)


Larutan                  ( air + gula)
Tidak keruh              stabil/ netral        
Jernih                                  cahaya beraturan
Tidak ada residu                  jernih
Tidak mengendap


Larutan                  ( air + susu)
Keruh                            tidak tembus cahaya
Keruh                                  cahaya tidak tembus
Ada residu
Mengendap


Larutan                  ( air + pasir)
Keruh                           netral
Tembus                                jernih
Ada residu
Mengendap




Pembahasan
Suatu larutan koloid fase-fasenya tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa atau dengan dibiarkan mengendap, susah untuk mengambil suatu batasan dari sistem koloid. Pengertian koloid sendiri adalah campuran dua atau lebih zat yang salah satu fasenya tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fase kedua. Zat yang terdispersi dan medium penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cairan atau padatan.
Sistem koloid sebagai satu gejala dan bentuk fisik suatu materi. Sistem koloid atau zat yang terpecah halusdidalam suatu medium atau pelarut disebut zat terdispersi, sedangkan pelarutya disebut zat pendispersi atau medium pendispersi. Ada 3 sistem koloid berdasarkan fase terdispersi atau medium pendispersi :
1.      Sistem Dispersi Molekuler ( Sistem larutan / larutan sejati )
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan lebih kecil dari 1 milimikron.
2.       Sistem Dispersi Halus
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 sampai   dengan 100 milimikron.
3.      Sistem Dispersi Kasar ( Suspense )
Adalah partikel – partikel zat yang didispersikan lebih besar dari100 milimikron.

1.       Macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
  • Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
  • Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).
  • Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
  • Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
  • Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
2.      Sifat-sifat Koloid
  • Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
  • Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
  • Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
  • Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
  • Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
  • Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
  • Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
  • Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
Koloid dalam kehidupan sehari-hari
Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi kolid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dan sebagai berikut:
1.  Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan darah.
2.  Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
3.  Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
4.  Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
Penerapan Konsep Sistem Koloid dalam Dunia Industri
Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Dari contoh-contoh koloid yang telah disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat produknya dalam bentuk koloid. Misalnya, industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa harus koloid? Hal ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara "homogen" dan stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh, mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang "homogen" (merata) dan stabil. Koloid juga sangat diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya.
Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri, yaitu sebagai berikut:
1. Industri kosmetika
Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi.
2. Industri tekstil
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
3. Industri sabun dan deterjen
Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air.
4. Cotrell Pabrik Industri
Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.
5. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O (Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
6. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

Kesimpulan
§  Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil. Oleh karena itu larutan gula termasuk stabil, karena partikel zat terdispersi dengan medium pendispersinya hampir sama.
§  Koloid merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya lebih besar dari pada larutan, tetapi lebih kecil dari suspensi. Maka, larutan susu termasuk ke dalam koloid. Karena koloid dapat terpisah bila didiamkan dalam waktu yang relatif lamameskipun tidak semuanya.
§  Suspensi merupakan sisitem dispersi dimana partikel yang berukuran relatif besar tersebar merata didalam medium pendispersinya. Maka, larutan pasir termasuk kedalam suspensi. Karena, sistem dispersinya tidak stabil, sehingga bila diaduk terus-menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi.

Saran
1.      Pada saat melakukan praktikum, sebaiknya para siswa lebih fokus terhadap materi yang akan dipraktekkan.
2.      Seharusnya siswa/i pada setiap kelompok harus bekerja sama dalam pelaksanaan praktikum, agar mudah menentukan hasil praktikum. 
3.      Sebaiknya jangan mudah menyimpulkan suatu penelitian, harus benar-benar diteliti terlebih dahulu.
4.      Pada saat melakukan praktikum harus lebih tertib, dan tidak ribut.


Daftar Pustaka
Sudarmo, Unggul M.Pd. 2006. KIMIA 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Phieta, Jakarta.

Minggu, 11 Maret 2012

karya tulis ilmiah roket air





Kata Pengantar

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing Bapak Esron Simangunsong S.pd, MA. yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis yang telah kami selesaikan ini. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa yang akan datang. Sehingga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Kami juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari setiap siswa.



Penulis


     Kelompok II

 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
ABSTRAKSI............................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 2
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................... 2
1.2. Pembatasan Masalah....................................................................... 2
1.3. Perumusan Masalah........................................................................ 2
1.4. Tujuan Penelitian............................................................................ 2
1.5. Metode Penelitian.......................................................................... 3
1.6. Hipotesa...................................................................................... 3
1.7.Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 4
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 5
3.1. Jenis Penelitian.................................................................................................. 5
3.2. Sumber Data...................................................................................................... 5
3.3. Teknik Pengumpulan Data................................................................................ 5
3.4. Teknik Menganalisis Data................................................................................. 5
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 6
4.1. Alat dan Bahan Dalam Pembuatan Roket Air.................................................. 6
4.2.Cara Pembuatan Roket Air................................................................................ 6
4.3.Cara Kerja Roket Air......................................................................................... 6
4.4.Bagian Launcher dan Fungsi Pada Roket Air.................................................... 7
BAB V PENUTUP................................................................................... 8
5.1. Kesimpulan........................................................................................................ 8
5.2. Saran.................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 9




 
ABSTRAKSI

          Karya tulis ini menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kita sering banyak melakukan prinsip kerja yang sama dengan roket, yang menggunakan hukum aksi-reaksi(hukum newton ketiga). Disini hukum aksi-reaksi diterapkan pada sebuah roket yang bahan bakarnya menggunakan air. Roket yang berbahan bakar atau lebih tepatnya berbahan bakar pendorong air dan udara bertekanan. Seperti kita ketahui bersama bahwa udara dalam suatu ruangan akan menekan ke segala arah dan akan mengalir menuju tekanan yang lebih rendah. Dengan dasar tersebut jika suatu botol diisi, udara dengan tekanan tertentu maka udara dalam botol yang dilubangi pada suatu titik maka udara akan keluar dari lubang tersebut dan akan menyebabkan gaya yang berlawanan arah dari keluarnya udara.
            Roket juga bida dibuat bermodalkan botol air mineral bekas dan potongan plastik, mereka membuat dan meluncurkan roket buatannya. Sebelum membuat roket, para pelajar terlebih dahulu diberikan dasar teori dan pengenalan tentang roket. Ternyata proses pembuatan roket tidak terlalu sulit. Cukup sediakan dua botol air mineral yang akan digunakan sebagai batang roket sekaligus tempat air. Sedangkan lembaran plastik digunakan untuk membuat sirip roket.  Usai dirakit, roket diisi air dan diberi udara dengan pompa angin. Roket pun siap meluncur. Agar bisa meluncur dengan jauh, para pelajar harus memperhitungkan dengan tepat rangkaian roket tersebut. Roket air juga telah populer disekolah percobaan sains. 




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali kegiatan dalam kehidupan sehari-hari kita, yang merupakan suatu tiruan yang sama dari suatu prinsip kerja yang sama dengan roket. Dimana hukum aksi-reaksi diterapkan pada sebuah roket yang bahan bakarnya menggunakan air. Maka dari itu, udara dalam suatu ruangan akan menekan ke segala arah dan akan mengalir menuju tekanan yang lebih rendah. Dengan dasar tersebut jika suatu botol diisi, udara dengan tekanan tertentu maka udara dalam botol yang dilubangi pada suatu titik maka udara akan keluar dari lubang tersebut dan akan menyebabkan gaya yang berlawanan arah dari keluarnya udara.

1.2. Pembatasan Masalah
 Roket air merupakan roket yang berbahan bakar atau lebih tepatnya berbahan pendorong air dan udara bertekanan. Seperti kita ketahui bersama bahwa udara dalam suatu ruangan akan menekan ke segala arah dan akan mengalir menuju tekanan yang lebih rendah. Dengan dasar tersebut jika suatu botol diisi dengan udara dengan tekanan tertentu maka udara dalam botol akan menekan ke segala arah dan jika botol dilubangi pada suatu titik maka udara akan keluar dari lubang tersebut dan akan menyebabkan gaya yang berlawanan arah dari keluarnya udara. Perubahan momentum pada lubang pengeluaran sama dengan perubahan momentum yang dialami roket, jadi air dan udara yang keluar dari dalam botol menyebabkan botol terdorong berlawanan arah dari keluarnya air dan udara. Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian bahan dan cara membuat roket. Begitu pula dengan prinsip cara kerja roket itu sendiri. 
1.3.Perumusan Masalah

1.      Apa sajakah alat dan bahan untuk membuat roket air ?
2.      Bagaimana cara membuat roket air ?
3.      Bagaimana cara kerja roket air itu sendiri?
4.      Apa fungsi bagian-bagian launcher pada roket air?

1.4.Tujuan Penelitian

1.      Menentukan kecepatan roket pada berbagai sudut.
2.      Mengetahui keperluan waktu roket untuk kembali ke posisi y=0.
3.      Menentukan ketinggian maksimum yang dapat dicapai roket.


1.5.Metode Penelitian

Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan melakukan praktikum peluncuran roket air yang telah kami buat. Dimana dalam melakukan praktikum peluncuran roket air tersebut kami jadi lebih mengetahui bagaimana cara kerja roket air tersebut. Dan kami juga mengetahui seberapa jauh roket air kami terbang.

1.6. Hipotesa
                                                      
1.      Roket air adalah roket yang berbahan bakar atau lebih tepatnya berbahan pendorong air dan udara bertekanan.
2.      Agar roket air dapat meluncur jauh dibutuhkan ketepatan mengukur banyaknya air dan  tekanan udara.
3.      Sebelum membuat roket, para pelajar terlebih dahulu diberikan dasar teori dan pengenalan tentang roket.
4.      Sebenarnya cara kerja roket air tidaklah sesulit yang kita bayangkan dalam teori.

1.7.Manfaat Penelitian

1.      Dapat mengetahui faktor apa yang mempengaruhi laju roket air. 
2.      Dapat mengetahui jarak maksimum roket air tersebut.
3.      Dapat mengetahui kendala dan kemulusan laju roket itu sendiri.



BAB II
LANDASAN TEORI

Roket air merupakan salah satu jenis roket yang menggunakan air sebagai bahan bakarnya. Wahana tekan yang berfungsi sebagai mesin roket biasanya terbuat dari botol plastik bekas mineral. Air dipaksa keluar oleh udara yang bertekanan, biasanya udara yang telah terkompresi.
Roket air merupakan bentuk praktik dari pelajaran atau teori fisika yang biasa dipelajari di sekolah. Khususnya mengenai tekanan dan gaya dorong yang disebabkan udara. Cara membuatnya sangat sederhana, hanya dari dua buah botol plastik bekas minuman yang diberi sayap di bagian bawahnya sehingga menyerupai bentuk roket.  Kemudian botol diisi air. Setelah siap, roket dihubungkan dengan pompa udara. Dengan tekanan udara dari pompa roket pun meluncur. Tak hanya menjadi wahana praktik, roket air ternyata sudah dikenal di kalangan komunitas pecinta ilmu pengetahuan.
Prinsip propulsi roket akan dianalogkan dengan mengguanakan roket air sederhana. prinsipnya yaitu, botol akan meluncur bila botol diberi tekanan udara yang tinggi (dari pompa), dan didalamnya diberi sedikit air untuk menghasilkan tenaga semburan yang lebih besar. Botol kemudian bertekanan dengan gas, biasanya udara dikompresi dari sebuah Pompa sepeda,Kompresor udara, atau silinder sampai dengan 125 psi, tapi kadang-kadang CO 2 atau nitrogen dari sebuah silinder.
Prinsip kerja populasi roket ini merupakan penerapan dari hokum ketiga newton dan kekekalan momentum. Gaya dorong yang bekerja pada roket merupakan gaya yang bekerja pada roket akibat gas yang dikeluarkan. Agar roket dapat dipercepat keatas maka gaya dorong harus lebih besar dari gaya eksternal. dan diperoleh kelajuan gerak roket untuk kelajuan roket yang bergerak tanpa gaya eksternal.
Air dan gas yang digunakan dalam kombinasi, menyediakan sarana untuk menyimpan energi potensial yang mampat, dan air meningkatkan Fraksi massa dan memberikan momentum yang lebih besar ketika dikeluarkan dari nozzle roket. Kadang-kadang aditif digabungkan dengan air untuk meningkatkan kinerja dalam berbagai cara. Sebagai contoh: garam dapat ditambahkan untuk meningkatkan densitas massa mengakibatkan reaksi yang lebih tinggi yang disebut dorongan spesifik. Sabun juga kadang-kadang digunakan untuk membuat busa padat di roket yang menurunkan kepadatan massa reaksi tetapi meningkatkan durasi dorong.



BAB III
METODE PENELITIAN


3.1.         Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan ini adalah penelitian korelatif. Yang dimaksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

3.2.         Sumber Data

Sumber data kami adalah dari hasil praktikum disekolah dan informasi-informasi yang kami dapatkan dari internet, dan blog mahasiswa teknik fisika.

3.3.         Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil praktikum atau percobaan meluncurkan roket yang kami lakukan disekolah, dan juga berdasarkan informasi-informasi yang ada kami dapatkan di internet dan blog milik mahasiswa. 

3.4.         Teknik Analisis Data

Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu, pertama-tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang kami perlukan telah diperoleh dengan baik.  Lalu kami memastikan kebenaran data yang telah kami kumpulkan berdasarkan hasil praktikum kami. Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan data yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.




BAB IV
PEMBAHASAN


4.1. Alat dan Bahan Dalam Pembuatan Roket Air.

1.         Botol bekas aqua (minimal 1,5 liter )
2.         Karton
3.         Isolasi/ lem
4.         Paku 1,5 inchi
5.         Katup (dari pohon sawit)
6.         Pentil (untuk bola voli)
7.         Pompa
8.         Benang nilon
9.         Penyangga 
10.     Air

4.2. Cara Membuat Roket Air

1.      Siapkan aqua botol yg berukuran 1,5 Liter.
2.      Balutlah botol dengan kertas karton, jika ingin memperindah roket air lapisi dengan kertas manila.
3.      Setelah kertas terekat dengan kuat, buatlah kerucut pada belakang botol menggunakan kertas karton.
4.      Buatlah sayap sebanyak 4buah dan di lengketkan pada badan roket agar roket tersebut seimbang.
5.      Lubangi bibir botol dengan paku yang saling berhadapan.
6.      Setelah itu dua buah paku tadi di ikat dengan benang nilon sepanjang 2-3meter.
7.      Buatlah katup (penutup botol) dengan menggunakan batang sawit atau batang kelapa ataupun batang tebu, tapi harus yang muda agar pentil bisa tembus kedalam katup dan memberikan udara kedalam botol.
4.3. Cara Kerja Roket Air
1.   Dimasukkan air (fluida cair) secukupnya ke dalam badan roket air melalui mulut botol (Untuk gaya dorong maksimum, volume air sepertiga volume botol). Air digunakan sebagai medium pendorong roket air (massa jenis air lebih besar dari pada massa jenis udara).
Sesuai dengan hukum Tekanan Hidrostatis:
                                                FA = ρ . g . h
Semakin besar massa jenisnya (ρ) maka semakin besar gaya dorong roket (FA). Na
2.         Katup roket air dipasang dengan badan roket air. Katup Roket air memiliki luas penampang yang jauh lebih kecil dibandingkan mulut botol,
Sesuai dengan Hukum Pascal :
Semakin kecil luas penampang (A1), semakin besar gaya dorong yang
dihasilkannya (F2).

                   

3.         Setelah itu lekatkan dua buah paku yang sudah di ikatkan benang nilon sepanjang 2-3 meter tadi kebibir botol sehingga melekat pada katup.
4.         Tusukkan pentil kedalam katup, sampai melewati katup tersebut.
5.         Luruskan kedua benang yang berhadapan tadi sesuai arah paku.                             
6.         Sudut peluncuran roket diatur sedemikian rupa (Untuk menempuh jarak terjauh digunakan sudut 450 terhadap garis horizontal).
Sesuai dengan rumus Gerak Vertikal Ke atas lintasan parabola
7.          Dilakukan pemompaan, pemompaan bertujuan untuk memampatkan volume, volume berbanding terbalik dengan tekanan. Semakin kecil volum semakin besar tekanan. (Semakin besar frekuensi pemompaan atau semakin banyak dipompa, semakin jauh jarak yang ditempuh roket, namun pemompaan yang berlebihan dapat merusak pompa itu sendiri dan juga merusak roket).
Sesuai dengan hukum Tekanan Hidrostatis:
P ≈ F
(P berbanding lurus dengan F)
Semakin besar tekanan, gaya dorongnya juga akan semakin besar.

8.          Pada saat pemompaan dirasa cukup, dan paku pada luas penampang katup ditarik dengan benang. sehingga katup  akan terdorong keluar, dan  roket air dapat mengangkasa ke udara.

4.4.   Bagian Launcher dan fungsinya Pada Roket Air
Launcher mempunyai bagian-bagian yang mempunyai fungsi tertentu launcher pada umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu, sistem pengisian udara,system penjepit/ penahan roket, sistem penyangga dan lain-lain.   
1.         Penyangga pengisian udara dan pengarah.  
Penyangga ini terbuat dari kayu, namun kuat sehingga mampu mengarahkan roket. Kayu ini juga berfungsi untuk mengisi udara kedalam roket tanpa gelembung udara yang menyebabkan roket akan berubah posisi sebelum diluncurkan.
2.         Katup.
Katup berfungsi menahan tekanan dalam roket agar tekanan tidak keluar atau kembali menuju pompa.
3.         Pentil bola voli.
Pentil berfungsi untuk menghubungkan launcher dengan sumber udara yang berupa pompa atau kompresor. Selain itu, pentil juga mempunyai katup yang dapat menahan tekanan dan mencegah kebocoran.
4.         Penyangga.
Penyangga berfungsi untuk memperkokoh posisi launcher pada permukaan tanah, juga mengatur pada sudut berapa roket akan diluncurkan. 

BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan
     
1.   Roket air adalah sejenis Roket model yang menggunakan bahan bakar air sebagai reaksi massa.
2.   Pada dasarnya, sebuah roket dari jenis apa pun memiliki cara kerja yang sama. yakni, memanfaatkan gaya aksi-reaksi.
3.   Bahan bakar yang berupa air  menciptakan gas panas yang terus mengembang sehingga menghasilkan tekanan ke bawah dan mendorong roket untuk meluncur.
4.   Agar roket dapat dipercepat keatas maka gaya dorong harus lebih besar dari gaya eksternal.
     
5.2. Saran

1. Seharusnya siswa/i telah mengetahui bagaimana meluncurkan Roket Air dengan baik dan benar.
 2. Sebaiknya dalam peluncuran Roket Air, kita menghitung jarak maupun ketinggian roket tersebut.




DAFTAR PUSTAKA